Ada pelajaran dibalik setiap kejadian
Pagi itu terasa amat sangat cerah dan terasa amat semangat memacu kang Qomar untuk berangkat ngaji.Sebagaimana biasa rutinitas yang kang Qomar lakukan di hari hari sebelumnya, pagi itu kang Qomar bersiap siap untuk mengisi kajian yang diadakan oleh rekan rekanita IPNU/IPPNU Kalangan.
Segala persiapan mulai kang Qomar lakukan, Materi, laptop, HP sebagai kamera, Triport, dan setelah semua sudah masuk dalam tas selanjutnya berangkaaaaat.
Setelah sekitar satu jam menempuh perjalanan kawasan hutan bermakadam sampailah dia di lokasi kegiatan, tepatnya di Masjid Baitul Khikmah dusun Bandung Kalangan.
Selain kader IPNU/IPPNU dari desa Kalangan, hari itu hadir juga kader IPNU/IPPNU dari desa tetangga yang masih satu kecamatan yakni kader IPNU/IPPNU dari desa Margomulyo dan Meduri.
IPNU/IPPNU adalah sebuah Badan Otonom NU, sebuah Ormas Islam Terbesar di Indonesia, yang menjadi wadah dakwah para pelajar dan santri.
Sesampainya kang Qomar dilokasi kegiatan disambut oleh panitia, dan sebagaimana biasa para kader muda itu bersalam-salaman dengannya secara bergantian.
Sambil menunggu teman yang lain datang dan sebelum acara dimulai mereka ngobrol santai dan guyon ringan. Nuansa kedekatan dan kekerabatan amat sangat terasa di antara mereka dengan kang Qomar.
Setelah waktu berselang agak lumayan lama, tibalah pembawa acara memberikan waktu special kepada kang Qomar untuk menyampaikan materi kajiaannya. Perlahan kang Qomar beranjak dari tempatnya menuju singgasana yang di siapkan panitia.
Satu persatu rangkaian materi kajian disampaikan , dan dengan khidmat para peserta mengikuti, walau senyatanya ada yang masih konsen dengan HP mereka bahkan ada juga yang khusuk bertabur ngantuk.
Setelah sekitar satu jam menyampaikan materi dan dirasa cukup, tibalah saatnya kang Qomar mengahiri acara.
Dalam sesi yang terahir ini biasanya dilanjut dengan ramah tamah dengan para tokoh setempat, setelah ramah tamah dirasa cukup dan waktu sudah agak sore kang Qomar pun ahirnya berpamitan untuk pulang.
Selang beberapa minggu kemudian, pagi itu kang Qomar sedang santai di Aulanya yang biasa digunakan Pengajian bersama masyarakat sekitar. Tiba-tiba HP berdering dan setelah dilihat ternyata salah seorang saudaranya Telpon.
“Kang Njenengan kontak terahir dengan bang Tegor kapan ?”
“Aku terakhir kontak dengan bang Tegor sekitar dua minggu yang lalu”, jawabku.
Bang Tegor adalah salah seorang kader yang biasa mengikuti kegiatan kajian kang Qomar dan yang paling akrab denganya.
“Al-hamdulillah kalau begitu kang, Maaf ini perlu saya informasikan bahwa hari ini telah dilakukan pemeriksaan oleh Tim Satgas Covid-19 terhadap Bang Tegor dan ternyata hasil tes swabnya positip terpapar, dan saran saya mohon sementara waktu panjenengan Istirahat dulu njeh dari aktifitas biasanya (Kajian)”.
Saat itu Dia terkejut bukan main dan tak bisa bicara bahkan tak mampu mengeluarkan kata-kata selain berucap pada orang yang bicara dalam telepon di ujung jauh sana, “Ia dek matur suwun atas informasi dan sarannya”
Tak berselang lama kabar lain pun bersambut bahwa beberapa warga desa di mana ia tinggal juga banyak yang terpapar.
Seakan hari itu dan hari-hari berikutnya suasana di kampung terasa amat horor dan smakin horor karena hampir setiap hari bahkan terkadang sehari sampai ada tiga kali kabar duka kematian (Inna Lillah wa innal ilaihi roji’un).
Dalam proses perjalanan kehidupan berikutnya kang Qomar dan warga masyarakat lainnya harus bisa beradaptasi dengan Kenormalan baru yang dirasa sangat tidak normal di waktu-waktu sebelumnya.
Mulai saat itu semua warga harus membiasakan cuci tangan saat mau kemana dan habis dari mana.
Mulai saat itu semua orang harus memakai masker ke mana saja bahkan ketika bercengkerama dengan keluarga.
Mulai saat itu semua orang dilarang berkerumun bahkan bertemu orang lain apalagi orang asing.
Sebagai seorang aktifis dakwah di wilayah pedalaman, kang Qomar serasa ingin berontak karena apa yang dia lakukan baru separoh jalan, belum sampai pada puncak keberhasilan.
Masih banyak saudara-saudara kita di wilayah yang tak tersentuh oleh para pendakwah tersohor negeri ini membutuhkan kehadirannya.
Namun dari semua rasa yang membuncah dalam hati nya, sampailah pada puncak kesadaran haq yang meredam dan ahirnya menerangi Qolbu pria ini.
Bahwa senyatanya balak berupa pandemi Covid-19 bukan balak kusus yang menimpa warga di RT kampung nya saja, melainkan suatu bencana global yang menimpa seluruh umat manusi di muka bumi ini.
Dan dari kenormalan baru yang berlaku dan bahkan terkesan sangat memaksa ini, mungkin Alloh memberikan sebuah kajian alami agar mampu dibaca oleh setiap Insan di muka bumi.
Bisa jadi kenormalan baru ini bagian ayat yang tersirat yang dipaksakan oleh Alloh kepada kita untuk mau melihat, mendengar dan seterusnya menjalankan.
Karena senyatanya ayat yang tersurat yang di sampaikan Alloh melalui lesan para ‘Alim selama ini selalu terabaikan dan hanya menjadi bahan perdebatan.
Bila saat ini kita dipaksa bermasker menutup mulut, bisa jadi senyatanya bahaya besar akan muncul manakala kita buka mulut yang ternyata lebih fasih mencaci dengan balutan ayat suci.
Bila saat ini kita dilarang berkerumun, bisa jadi karena hasil investigasi Alloh membuktikan bahwa kerumunan yang kita lakukan bersama sahabat, saudara kita selama ini lebih besar kadar ghibahnya daipada kadar ibadahnya.
Bila saat ini kita dilarang bertemu keluarga (bersilaturrohim), bisa jadi sesuai kajian data dan fakta dari malaikat yang di tugaskan Alloh mengawasi kita membuktikan, bahwa silaturrohim kita kepada sanak saudara bukan mempunyai bobot penigkatan hubungan kekeluargaan.
Namun malah merupakann serangkain upaya mengusik atau bahkan merupakan misi untuk mengungkit warisan tak sepadan yang tak selayaknya diwariskan.
Dari serangkaian kajian batin yang melintasi bahkan memenuhi Qolbu kang Qomar ini, sampailah pada puncaknya, Dia menyadari bahwa sejatinya pandemi ini adalah sajian kajian alami sebagai sarana evaluasi diri dari Illahi.